Panen Langsat Khas Mentawai di Pulau Ruamata

Mentawai

Jak Rusdi sedang memanen samung dengan orek, keranjang khas Mentawai. (Foto: Sumario Tatubeket)

Musim durian yang berakhir pada Maret 2024 di Pulau Sipora, Kepulauan Mentawai langsung disambut musim langsat yang dalam bahasa Mentawai disebut ‘samung’. Hampir di seluruh hutan di Pulau Sipora pohon samung sedang berbuah, termasuk di Desa Beriulou.

Musim samung berlangsung sejak pertengahan April hingga kini, awal Mei 2024. Di Mentawai ada dua jenis langsat, yaitu ‘samung’ dan ‘selak’. Samung kulitnya lebih tipis, karena itu setelah dipetik harus segera dimakan, tidak disimpan lama. Sedangkan selak kulitnya lebih tebal dan lebih tahan dari samung, bisa disimpan lebih lama.

Image Attachment
Saya memanjat dan memetik samung (langsat khas Mentawai) di Pulau Ruamata. (Foto: Dok. Sumario Tatubeket)

Keduanya memiliki rasa yang manis dan membuat ketagihan, kita bisa terus memakannya. Selain di Pulau Sipora, musim samung juga sedang berlangsung di Pulau Siberut, Pagai Utara, dan Pagai Selatan di Kepulauan Mentawai.

Menyambut musim samung, saya diajak Jak Ham Tattubeket memanen samung di ladangnya di Pulau Ruamata pada 23 April 2024. Jak Ham salah seorang kerabat saya. Pukul 9.30 pagi kami berangkat dengan perahu motor Jak Ham dari  pantai Beriulou. Selain Jak Ham juga ikut Jak Rusdi, Jak Wilson, dan Boas.

Cuaca cerah, Pulau Ruamata tampak dari kejauhan, terletak sekitar 800 meter dari lepas pantai Desa Beriulou. Pulau Ruamata sangat penting dalam kehidupan masyarakat Beriulou, karena sumber perekonomian masyarakat Beriulou ada di sana, terutama kelapa yang dijadikan kopra.

Di sepanjang garis pantai Ruamata seluruh kebun kelapa dimiliki masyarakat Beriulou. Masyarakat juga berladang di tengah pulau. Di sekeliling Pulau Ruamata adalah tempat nelayan Beriulou menangkap ikan karang, gurita, lobster, teripang, kepiting bakau, dan lokan.

Walau pulaunya cukup luas, tidak ada yang tinggal permanen di sana. Namun masyarakat rutin menginap atau mugogoi di pulau itu. Sudah menjadi tradisi sejak dulu, mereka berangkat Senin dan pulang Sabtu dengan menginap di pondok di ladang mereka.

Image Attachment
Buah samung, langsat khas Mentawai yang berkulit tipis. (Foto: Sumario Tatubeket)

Mereka ke Pulau Siruamata dengan boat atau mendayung sampan. Selama menginap atau mugogoi di Pulau Ruamata, masyarakat melakukan aktivitas seperti memancing dan menjaring ikan, mencari anggau atau kepiting, mengumpulkan pinang di rawa-rawa, memetik kelapa, dan membuat kopra.

Hanya 10 menit perjalanan dengan boat 6 PK, akhirnya kami sampai ke Pulau Ruamata. Setelah menambatkan boat, Jak Ham mengajak kami ke ladangnya yang terletak di tengah pulau. Selama ini Jak Ham lebih sering menyelam mencari gurita dan teripang di depan pulau. Tetapi dia juga punya beberapa bidang ladang di Pulau Ruamata. Ia punya ladang cengkeh dan pohon buah-buahan seperti manggis, jeruk, rambutan, dan tentu saja pohon samung yang akan kami panen bersama.

Orang Mentawai memegang teguh nilai kekeluargaan, ini terlihat saat panen buah-buahan. Setiap panen, biasanya satu suku pergi bersama-sama untuk memanen buah seperti yang sedang kami lakukan, sambil membersihkan ladang dari rumput liar. Sepulang memanen buah, hasil panen buah-buahan itu sampai di rumah juga akan dibagikan kepada tetangga untuk berbagi berkat dan sukacita.

Ladang Jak Ham Tatubeket yang akan kami tuju jauh di tengah pulau. Nama lokasi ladangnya ‘Muttu Leleu’ atau ‘Tanaik Umak’. Kami berjalan kaki melewati jalan setapak sejauh 1,5 kilometer dari pantai. Kami juga melewati banyak rawa sedalam hingga satu meter. Akhirnya kami sampai ke ladang Jak Ham Tatubeket dalam waktu 50 menit. Letak ladang itu sedikit lebih tinggi dari pantai.

Image Attachment
Jak Ham dan Jak Rusdi menjala ikan di pantai barat Pulau Ruamata. (Foto: Sumario Tatubeket)

Di ladang Jak Ham ada pohon manggis, rambutan, pala, cengkeh, jeruk, gaharu, kuini, dan samung. Namun pohon buah-buahan yang sedang berbuah hanya samung. Ada dua batang samung yang terlihat berbuah lebat. Saya langsung memanjat pohonnya bersama Jak Ham, Jak Rusdi, dan Boas.

Banyak buah samung yang matang di pohon. Saya memetiknya dan  menikmatinya di atas pohon. Rasanya manis sekali. Urutan musim buah di Sipora, terutama di Desa Beriulou pada tahun ini diawali dengan musim tiga jenis durian selama tiga bulan pertama. Selain tiga jenis durian itu juga bersamaan dengan musim manggis dan rambutan yang berbuah sangat lebat saat musim durian sedang berlangsung.

Musim ‘peigu’ atau ‘nangka’ bersamaan datangnya dengan musim durian jenis ‘toktuk’ pada akhir Maret. Pada bulan Mei ini musim buah yang masih ada adalah ‘peigu’ dan ‘samung’. Diperkirakan pada Juni mendatang musim cengkeh akan tiba.

Dibandingkan tahun lalu, musim buah tahun ini sangat berlimpah. Pada tahun lalu, hasil buah dari ladang sangat sedikit karena cuaca yang ekstrem yang membuat banyak bunga buah yang berguguran sebelum menjadi buah. Musim kemarau sangat berpengaruh pada musim buah karena tumbuhan membutuhkan air saat berbunga. Ketika itulah banyak bunga berguguran akibat kurangnya air.

Image Attachment
Pulau Ruamata di Desa Beriolou, Sipora. (Foto: Uggla.id/Febrianti)

Setelah puas memakan samung di pohonnya, saya mulai mengumpulkan samung untuk dibawa pulang. Dari dua pohon samung kami dapat tiga keranjang. Hasil panen itu akan kami bawa ke Beriulou. Setelah memetik buah samung itu kami berjalan kaki sambil menyandang samung di keranjang oorek.

Jak Ham mengajak kami menjala ikan terlebih dulu sebelum pulang. Setelah beberapa lama menjala ikan hanya dapat satu ekor. Akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan menyusuri pantai menuju tempat boat ditambatkan. Sore hari kami meninggalkan Pulau Siruamata menuju Desa Beriulou. (Sumario Tatubeket/ Editor: Febrianti)

Baca Juga

primata
Pemuda Adat Mentawai Berusaha Selamatkan 6 Primata Endemik
Mentawai
Pesta Besar di Desa Budaya Mentawai
Siberut
Youth Climate Action Day di Mentawai: Aksi Anak Muda Padukan Agama dan Lingkungan
Pesta Adat
Pesta Besar Liat Eeruk Akan Kembali Digelar di Matotonan, Mentawai
Unand
Unand sebar mahasiswa lakukan pendidikan konservasi primata di Mentawai
Primata
6 Jenis Primata Endemik di Kepulauan Mentawai