Pertemuan Pengamat Burung Indonesia atau lebih dikenal dengan PPBI adalah forum yang mewadahi para pengamat, fotografer, dan pegiat konservasi burung dalam diskusi konservasi burung. Forum ini dilaksanakan pertama pada 2007 untuk segala usia.
Pada perjalanannya, forum ini sudah mempublikasikan karya bersama, yaitu Kode Etik Pengamat Burung Indonesia (2019) dan Atlas Burung Indonesia Volume 1 (2021). Dapat dikatakan event ini merupakan ‘lebaran’ bagi para pengamat burung Indonesia.
Berdasarkan pada kesepakatan pada PPBI X sebelumnya di Tabanan, Bali, PPBI 2024 akan membahas perburuan burung dan diselenggarakan di Desa Mendolo, Lebakbarang, Pekalongan, Jawa Tengah.
Penyelenggara PPBI XI 2024 adalah Paguyuban Petani Muda Mendolo (PPM) Mendolo bekerja sama dengan Swaraowa. Acara yang dilaksanakan pada 19-21 Januari 2024 itu mengangkat tema “Kendurian Lawan Kepunahan”.
Pada hari pertama, bertempat di Aula KPH Pekalongan Timur, sebanyak 93 peserta pencinta burung liar datang untuk mengikuti rangkaian acara ini. Peserta hadir dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, siswa homeschooling, dosen, fotografer, pegawai Taman Nasional Karimunjawa, BKSDA Jawa Tengah, dan lain-lain. Peserta berasal dari Jakarta, Bogor, Yogjakarta, Semarang, Surakarta, Malang dan terjauh dari Kepulauan Natuna.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh PPM Mendolo selaku panitia dan sambutan dari jajaran pejabat KPH Pekalongan Timur. Kemudian dilanjutkan dengan seminar nasional dengan pembicara pertama Dwi Nugroho Adhiasto dari Yayasan SCENTS dan Marison Guciano dari Yayasan Flight Indonesia.
Dwi mempresentasikan perburuan satwa liar, khususnya jenis-jenis burung di Indonesia. Sedangkan Marison Guciano membahas kejahatan perburuan burung dan perdagangannya di Pulau Sumatera.
Setelah istirahat makan siang, tampil Bertie Fern dari Cikananga Conservation Breeding Center dan drh. Happy Ferdiansyah dari Yayasan Planet Indonesia
Kedua pembicara berbagi kisah mengenai proses penangkaran konservasi, breeding untuk jenis-jenis burung langka di Jawa, dan rehabilitasi burung kicau di Kalimantan.
Sesi terakhir tampil Andri Suhandri dari KTH Wanapaksi yang menceritakan kisah dari Desa Wisata Jatimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Desa Wisata Jatimulyo adalah desa ramah burung liar yang aktif melawan perburuan burung. Kegiatan ini dikelola secara aktif oleh warga desa melalui kegiatan wisata minat khusus pengamatan burung.
Sebagai penutup acara hari pertama tampil Mutia Hanifah, koordinator pembuatan aplikasi citizen science perdagangan burung di Indonesia. Aplikasi ini sudah digodok sejak PPBI 2023 di Bali dan merupakan pembuka materi untuk diskusi hari-hari selanjutnya di Desa Mendolo.
Usai seminar nasional, pada sore hari seluruh peserta diangkut dengan ‘doplak’ (mobil bak terbuka) menuju Desa Mendolo. Di Desa Mendolo peserta diajak berdiskusi tentang kegiatan serempak setahun ke depan. Kemudian mengamati burung liar bersama, menikmati sajian makanan lokal, dan tentu saja menikmati buah durian yang merupakan salah satu hasil bumi andalan Desa Mendolo.
Durian sebagai komoditas musiman telah memberikan nilai ekonomi nyata di Desa Mendolo. Sistem budi daya agro-forest menjadikan habitat durian seperti layaknya hutan dengan komposisi vegetasi beragam dan menyediakan habitat bagi satwa liar, khususnya jenis-jenis burung.
Keberadaan burung di kawasan hutan durian Mendolo salah satu aset desa yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata minat khusus pengamatan dan fotografi burung di alam.
Langkah Bersama Melawan Kepunahan Buruh Liar
Peserta menginap di rumah warga Dukuh Sawahan selama dua malam agar kesempatan berinteraksi dengan warga semakin terjaga.
Pada malam pertama sesampainya di Dusun Sawahan, dengan suguhan durian lokal dan keripik gadung, peserta berdiskusi mengenai langkah kecil bersama melawan kepunahan burung liar. Menyusul kesuksessan aplikasi ‘Citizen Science Burungnesia’, inisiasi pembuatan applikasi citizen science untuk memantau perdagangan burung, telah dan sedang dikembangkan. Aplikasi ini rencananya akan di-launching pada 2024.
Pemberian nama aplikasi menjadi topik diskusi yang serius untuk semua peserta dan muncullah nama applikasi itu, yaitu ‘AKAR’, Amati Sangkar. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi untuk mempermudah pendataan burung yang ada di dalam sangkar atau satwa peliharaan.
Pada hari kedua rangkaian acara PPBI XI ini dilanjutkan dengan pengamatan burung liar seharian penuh yang dilaksanakan di Dukuh Mendolo Wetan, Kradegan, Mendolo Kulon, dan Dukuh Sawahan.
Hasil dari pengamatan bersama, beberapa burung liar yang dapat didokumentasikan pada hari tersebut di antaranya Julang emas (Rhyticeros undulatus), Pentis Pelangi (Prionochilus percussus), Merbah corok-corok (Pycnonotus simplex) , Takur tenggeret (Megalaima australis), Sepah hutan (Pericrocotus flammeus), Sempur-hujan rimba (Eurylaimus javanicus) , Elang Jawa (Nizaetus bartelsi)dan yang menjadi maskot acara PPBI Mendolo yaitu Cekakak batu (Lacedo pulchella) .
Selepas makan malam, forum diskusi kembali digelar. Diskusi malam hari kedua mengerucut mengenai rencana rancangan penyusunan Atlas Burung Indonesia volume 2. Seperti pada proses penyusunan Atlas Burung sebelumnya, langkah pendataan jenis burung liar serempak akan diagendakan dalam kegiatan ‘Big years’ pada tahun ini.
Kegiatan ini adalah perlombaan mengamati dan mencatat burung liar dengan beradu jumlah jenis dalam kurun waktu enam bulan. Selanjutnya hasil data dari perlombaan ini akan dijadikan buku mengenai sebaran burung liar terkini yang ada di seluruh Indonesia.
Diskusi kedua pada malam hari ini adalah penunjukkan kota lain penyelenggara PPBI berikutnya. Diskusi berjalan sangat singkat, karena perwakilan dari Bogor dengan tegas siap untuk menerima ‘lebaran pengamat burung’ di Bogor pada 2025.
Pada hari terakhir rangkaian acara PPBI XI 2024, acara ditutup dengan foto bersama seluruh peserta dan panitia sebelum peserta diantar menuju Kota Pekalongan untuk kembali ke kota masing-masing.
Salah seorang peserta, Isca Desmawati dari Surabaya menyampaikan kesan-pesannya. “Sangat menyenangkan bertemu dengan pegiat konservasi burung di Indonesia dan kawan-kawan pengamat burung, makanannya enak dan burungnya bagus-bagus. Terakhir, terima kasih mabok duriannya.” Demikian rangkaian acara PPBI XI 2024. Salam konservasi. Sampai jumpa di PPBI XII 2025 di Bogor. (Kurnia Ahmaddin, Peneliti/ Biodiversity Spesialist Swaraowa)
BACA JUGA: Pertemuan Pengamat Burung Indonesia digelar di Desa Mendolo
BACA JUGA: Percepat laju kepunahan, lebih 70 juta burung dipelihara dalam sangkar