6 Jenis Primata Endemik di Kepulauan Mentawai

Primata

Seekor anak Simakobu (Simias concolor) di hutan Toloulagok, Siberut. (Foto: Ismael Saumanuk/Malinggai Uma)

Ada perkembangan terbaru dari taksanomi primata Mentawai. Kepulauan Mentawai yang semula disebut memiliki 4 jenis primata endemik kini menjadi 6 jenis primata endemik.

Keenam primate endemik itu adalah Bilou (Hylobates klossii), Bokkoi (Macaca siberu), Siteut (Macaca pagensis), Atapaipai (Presbytis potenziani), Joja (Presbytis siberu), dan Simakobu (Simias concolor).

Sebelumnya hanya disebut empat, yaitu Joja, Bokoi, Simakobu, dan Bilou. Tapi kemudian Beruk Mentawai diketahui memiliki dua spesies, yaitu Bokkoi (Macaca siberu) dan Siteut (Macaca pagensis). Sedangkan Lutung mentawai menjadi dua spesies, yaitu Atapaipai (Presbytis potenziani) dan Joja (Presbytis siberu).

Peneliti primata Swara Owa, Arif Setiawan mengatakan pemisahan beruk Mentawai ini berdasarkan penelitian morphologi sampel museum oleh Andrew C. Kitchener dan Colin Grooves, ahli taksonomi primata pada 2002.

“Keduanya menyimpulkan kera Mentawai atau Bokkoi di Pulau Siberut berbeda spesiesnya dengan kera di Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora,” katanya kepada Uggla.Id.

Untuk membedakan keduanya, Macaca pagensis kini diberi nama Siteut sesuai nama lokal di Pagai Selatan dan Pagai Utara. Sedangkan Bokkoi tetap menjadi nama untuk Macaca siberu.

“Kita promosikan nama Siteut untuk Macaca pagensis, untuk apresiasi nama lokal spesies primata Mentawai,” kata Arif Setiawan.

Sedangkan Lutung mentawai atau Joja mulai dipisah menjadi dua spesies, antara Joja yang ada di Siberut dengan yang ada di Pagai Utara dan Pagai Selatan berdasarkan penelitian genetik Dirk Meyer dkk pada 2011.

“IUCN redlist mengategorikan jenis primata ini menjadi dua spesies, yang ada di Pulau Siberut adalah Presbytis potenziani ssp siberu dan yang ada di tiga pulau lainnya, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora sebagai Presbytis potenziani ssp potenziani,” kata Arif yang juga anggota IUNC spesies survival commission spesialis primata.

“Untuk Joja di Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora, kini kita sebut dengan nama Atapaipai sesuai dengan nama lokal untuk jenis primata itu di Pagai, sedangkan Joja untuk nama lutung yang ada di Siberut,” ujarnya.

Ia mengatakan, secara morfologi antara Joja dan Atapaipai yang ia jumpai memang terlihat berbeda.

“Joja mempunyai warna bagian dada ke perut agak gelap, sementara Atapaipai yang dijumpai di Sipora dan Pagai mempunyai warna bulu bagian dada ke arah perut berwarna putih keemasan. Beberapa foto Joja dari Siberut juga mendapati warna putih di sekitar kemaluan,” katanya.

Berikut ciri-ciri enam jenis pimata endemik mentawai di Kepulauan Mentawai berdasarkan buku Primata Kepulauan Mentawai yang diterbitkan Malinggai Uma dan Swara Owa pada 2019.

Bilou (Hylobates klossii)

Bilou merupakan satu-satunya marga owa yang ada di Kepulauan Mentawai. Seperti keluarga owa lainnya, bilou mempunya lengan yang panjang dan tidak berekor. Tubuhnya ramping dengan warna rambut yang mengkilap. Bilou mempunya suara yang khas, dimulai pukul satu dini hari hingga pukul satu siang, dengan mayoritas suara terjadi sebelum fajar.

Lampiran Gambar
Bilou (Hylobates klossii) di Siberut. (Foto: Ismael Saumanuk/Malinggai Uma)

Bilou hidup di hutan primer dan sekunder, di daerah dataran rendah, hutan rawa, daerah pantai, dan lereng-lereng perbukitan. Makanan utama bilou adalah buah. Ia juga memakan daun muda dan antropoda.

Bilou merupakan hewan yang hanya mempunya satu pasangan. Bilou adalah primata yang aktif di siang hari dan aboreal, hidup di pohon dan kanopi hutan, tidak turun ke tanah. Bilou tersebar pada keempat pulau utama di Mentawai, Siberut, Sipora, Pagai Selatan, dan Pagai Utara.

Simakobu (Simias concolor)

Simakobu memiliki ekor yang pendek dengan ujung sedikit berambut seperti ekor babi. Simakobu dewasa mempunyai wajah yang hitam dan hidung yang pesek. Warna rambut simakobu secara keseluruhan adalah hitam kecokelatan, sedangkan di bagian tengkuk, jambul, Pundak, dan punggung atas sedikit keabu-abuan dengan bulu keputihan di sekitar wajah.

Lampiran Gambar
Seekor anak Simakobu (Simias concolor) di hutan Toloulagok, Siberut. (Foto: Ismael Saumanuk/Malinggai Uma)

Simakobu hidup di hutan primer dan sekunder, mulai dari hutan rawa, hutan dataran rendah, dan lereng-lereng bukit.

Makanan utama Simakobu adalah daun muda, buah, dan bunga. Simakobu mulai makan saat matahari terbit dan biasanya mereka makan di dekat pohon tidurnya.

Simakobu juga ada yang putih yang disebut simabulau atau sulabei yang warnanya kuning keemasan. Diperkirakan sepertiga dari populasi simakobu adalah simakobu putih.

Atapaipai (Presbytis potenziani)

Atapaipai Lutung tersebar di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Memiliki ekor yang panjang, tubuh bagian belakang hingga ekor berwarna hitam, jambul berwarna hitam dengan pipi, dahi, dan dagu berwarna putih.

Lampiran Gambar
Atapaipai (Presbytis potenziani) di Pulau Sipora. (Foto: Arif Setiawan/Swara Owa)

Di Pagai Selatan Atapaipai ditemukan berada di hutan dekat rawa-rawa, dekat rumah penduduk. Sedangkan di Pagai Utara primata ini hidup di hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, hutan baringtonia dan juga ladang.

Makanan utamanya adalah daun muda. Ia juga memakan buah, biji, bunga, dan kulit pohon. Atapaipai merupakan primata yang aktif pada siang hari dan arboreal, melakukan sebagian aktivitasnya pada lapisan tengah hingga atas kanopi hutan.

Joja (Presbytis siberu)

Joja adalah spesies dari Atapaipai. Penyebaran joja di Pulau Siberut, habitatnya menempati hutan primer dari dataran rendah hingga perbukitan. Joja merupakan primata yang aktif pada siang hari dan arboreal, melakukan sebagian aktivitasnya pada lapisan tengah hingga atas kanopi hutan.

Lampiran Gambar
Joja (Presbytis siberu) di Pulau Siberut. (Foto: Ismael Saumanuk/Malinggai Uma)

Siteut (Macaca pagensis)

Penyebarannya di Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Siteut seperti beruk dari Sumatera dan Kalimantan, yaitu jenis monyet dengan ekor pendek seperti babi.

Warna rambut cokelat gelap pada bagian belakang dan bagian dalam tubuh berwarna coklat pucat. Rambut bagian pipi berwarna putih, mahkota berwarna coklat, rambut pada dahi lebih panjang. Ekor Siteut pendek dan lurus.

Habitat Siteut dapat dijumpai di semua tipe habitat mulai dari hutan bakau, hutan primer, hutan sekunder, hutan nipah, hingga hutan sekitar permukiman. Makanan Siteut berbagai jenis buah, bunga, biji, dan pucuk daun. Terkadang mencari serangga atau molusca di tepi sungai.

Lampiran Gambar
Siteut (Macaca pagensis) di Pagai Selatan. (Foto: Arif Setiawan/Swara Owa)

Bokkoi (Macaca siberu)

Penyebarannya di Pulau Siberut. Habitat bokkoi dapat dijumpai mulai dari hutan bakau, hutan primer, hutan sekunder, hutan nipah, hingga hutan di sekitar permukiman.

Makanan Bokkoi sama dengan Siteut. Bokoi juga hidup berkelompik. Seperti Siteut, Bokoi juga melakukan aktivitasnya di pohon serta di lantai hutan. Pergerakan dengan keempat tungkainya saat beraktivitas di tanah atau di atas pohon. Yang membedakan antara Bokkoi dan Siteut adalah Bokkoi mempunyai ekor yang menggulung di ujung, sedangkan Siteut ekornya lurus.

Lampiran Gambar
Bokkoi (Macaca siberu) di Pulau Siberut. (Foto: Ismael Saumanuk/Malinggai Uma)

“Status konservasi keenam primata ini semua terancam punah, bahkan Simakobu sudah masuk kategori kritis. Artinya, apabila tidak ada internvensi konservasi sangat mungkin primata-primata asli Kepulauan Mentawai ini akan punah,” kata Arif Setiawan. (Febrianti/Uggla.id)

Baca Juga

Pesta Adat
Pesta Besar Liat Eeruk Akan Kembali Digelar di Matotonan, Mentawai
Unand
Unand sebar mahasiswa lakukan pendidikan konservasi primata di Mentawai
Samung
Panen Samung dan Dapat Durian Runtuh di Sungai Beriulou
primata
Primata Endemik Mentawai Swafoto di Depan Kamera Trap
Pulau Siburu
Menombak Ikan Bersama ‘Pasukan Katak’ di Pulau Siburu
Mentawai
Panen Langsat Khas Mentawai di Pulau Ruamata