Telur Penyu yang Dilindungi Kembali Marak Dijual di Kota Padang

Telur Penyu

Penjual telur penyu di depan Masjid Al-Hakim Muara Padang, Kota Padang. (Foto: Nayla Cllarisa Olivia Firdaus)

Oleh: Ardian, M Lakti Insyamegia Yoraqa, M Fariz Prayudi, dan Nayla Cllarisa Olivia Firdaus (mahasiswa UNP Padang)

PADA SORE yang mulai gelap, Senin, 1 Desember 2025 di Pantai Muaro Padang, beberapa warung makanan ringan  terlihat menjual telur penyu di lapak mereka.

Tidak terlalu mencolok. Di atas meja hanya satu kantong plastik transparan yang dipenuhi puluhan butir telur penyu berwarna putih kusam seperti bola pingpong yang tersusun rapi. Di atas meja itu juga ada beberapa botol air mineral.

Telur penyu itu dijual dengan harga Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per butir. Di warung lainnya, beberapa telur penyu sengaja diletakkan di depan meja untuk menarik perhatian pembeli. Telur penyu disusun rapi di dalam toples transparan.

Sebagian masih mentah dengan cangkang berwarna putih kusam, sementara sebagian lainnya telah dimasak dan diletakkan terpisah. Telur penyu ada yang dijual mentah dan ada yang dimasak dulu sesuai permintaan pembeli. Seorang terlihat di salah satu warung, memakan telur penyu yang baru direbus oleh pemilik warung.

Kami mewawancarai seorang penjual telur penyu, B, seorang pria paruh baya yang berjualan bersama istrinya. Istrinya memasak telur penyu sesuai pesanan, sementara suaminya melayani pembeli dan menjelaskan harga serta pilihan telur.

“Telur penyu ini sangat bergizi dan bisa meningkatkan stamina. Kalau penat, makan telur penyu mentah bagus untuk khasiatnya, yang dimasak juga bisa,” kata pria itu.

Ia menyebutkan pembeli telur penyu di kedainya tidak hanya orang Padang, tetapi juga orang dari luar daerah.

Di atas meja, terdapat 10 hingga 15 butir telur penyu. B dan istrinya berjualan hampir setiap hari. Jumlah telur yang terjual bervariasi, tergantung jumlah pembeli.

“Kadang sehari terjual 50 butir telur penyu, kadang hanya 15 butir kalau sedang sepi,” ujarnya.

Lampiran Gambar
Telur benyu dijual bebas di sebuah warung pinggir jalan di seberang Masjid Al-Hakim, Muara Padang, Kota Padang. (Foto: Nayla Cllarisa Olivia Firdaus)

Telur penyu itu berasal dari  pulau-pulau kecil di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ada pedagang  telur penyu dari Pesisir Selatan yang mengantarkan dan menjual telur penyu kepada mereka. Telur penyu itu ditampung seorang agen.

“Jadi kami tinggal membeli ke agen, misalnya ambil 100 butir, nanti kalau habis beli lagi,” kata B.

Ia mengaku sudah lama menjual telur penyu dan mengandalkan telur penyu sebagai sumber utama pendapatan.

Meski ia tahu telur penyu barang yang dilindungi hukum, B mengaku tetap berjualan karena terdesak kebutuhan hidup.

“Kami tahu itu ilegal, tapi mau bagaimana lagi? Kami tidak punya pilihan lain. Ini sumber hidup kami,” katanya dengan nada pasrah.

Ia menyebutkan pendapatan dari berjualan telur penyu lebih stabil dibandingkan dengan pekerjaan lainnya.

Dulu Pantai Padang dan pantai Muaro Padang adalah pusat perdagangan telur penyu terbesar di Indonesia. Ratusan telur penyu dijual setiap hari.

B masih mengingat, seorang pelanggannya di Padang sekali makan telur penyu bisa sampai 10 hingga 30 butir sekali makan. Tapi  pelanggannya tidak datang lagi setelah perdagangan telur penyu resmi dilarang dan dihentikan di Kota Padang pada 2014.

B paham penjualan telur penyu yang ia lakukan bisa diancam hukuman denda hingga Rp100 juta. Bahkan hukuman penjara, namun ia tetap berjualan.

“Dulu sering ada petugas BKSDA Sumatera Barat yang melakukan razia dan menyita telur penyu. Bahkan ada pedagang telur penyu yang dihukum dan membayar denda, tetapi setelah itu berjualan lagi, tidak ada pilihan lain,” katanya.

Ahli: Satwa yang dilindungi

Dr Harfiandri Damanhuri, peneliti penyu dari Universitas Bung Hata mengatakan seluruh jenis penyu dan bagian tubuhnya merupakan satwa yang dilindungi penuh. Larangan tersebut juga tertuang dalam berbagai aturan nasional, termasuk PP No. 60/2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan dan UU No. 32/2024 yang memperbarui UU No. 5/1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.

"Perdagangan penyu dan turunannya, mulai dari cangkang, daging, lemak, hingga telur dilarang secara internasional melalui CITES, karena seluruh spesiesnya masuk kategori Appendix I,” ujarnya pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Harfiandri mengatakan populasi penyu di Sumatera Barat yang tercatat sekitar 30.000 ekor, masih jauh dari cukup untuk memastikan keberlanjutan spesies ini.

Lampiran Gambar
Telur benyu dijual bebas di spinggir jalan di Muara Padang, Kota Padang. (Foto: Nayla Cllarisa Olivia Firdaus)

“Penyu butuh waktu lama untuk berkembang biak, dan jika telurnya diperdagangkan, ini mengurangi peluang mereka untuk bertambah,” katanya.

Laporan yang baik, kata Dr Harfiandri, dapat membantu percepatan mitigasi dan evakuasi, baik untuk bencana alam maupun upaya penyelamatan populasi penyu.

Ia menjelaskan penyu bertelur rata-rata 100 butir dalam sekali bertelur. Namun hanya 1-2 telur yang bertahan hidup hingga dewasa. Sisanya menjadi santapan predator laut atau rusak. Perdagangan telur penyu  semakin mengancam peluang penyu untuk berkembang biak.

“Meskipun penyu bertelur banyak, pencurian telur penyu tetap mengancam kelangsungan hidupnya. Untuk satu telur penyu yang bisa bertahan hidup menjadi penyu dewasa, ada ratusan telur yang hilang,” ujarnya.

Dr Harfiandri juga membantah klaim dari penjual telur penyu yang menyatakan telur penyu dapat meningkatkan stamina dan membantu kesehatan tubuh.

“Itu semua mitos. Riset saya menunjukkan bahwa telur penyu mengandung bakteri dan parasit berbahaya, termasuk Salmonella, yang bisa menyebabkan infeksi serius,” katanya.

Ia menekankan untuk menyelesaikan penjualan telur di Kota Padang, selain penegakan hukum yang lebih ketat, masyarakat perlu diberi pemahaman lebih dalam mengenai pentingnya melindungi penyu.

“Perlu lebih banyak kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bagaimana penyu sangat penting bagi ekosistem laut kita. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan mereka,” ujarnya.

Menurutnya masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya konservasi penyu. Salah satunya dengan membangun pusat penelitian penyu seperti di Kepulauan Mentawai yang merupakan lokasi tempa pendaratan penyu yang paling besar Sumatera Barat. Tempat itu tidak hanya berfungsi sebagai pusat riset, tetapi juga sebagai tempat konservasi yang melibatkan masyarakat lokal.

“Kami ingin melibatkan masyarakat untuk membantu melestarikan penyu dan memberi mereka peluang ekonomi yang lebih baik untuk menggantikan praktik perdagangan ilegal ini,” ujar Harfiandri.

Namun, jalan menuju pelestarian penyu menurutnya  tidak mudah.

“Masyarakat harus memahami melindungi penyu bukan hanya untuk kepentingan satwa, tetapi juga untuk keberlanjutan ekosistem laut yang sangat penting bagi kehidupan kita semua. Jika kita tidak bertindak sekarang, kawasan pesisir Padang akan kehilangan penyu yang sudah ada jauh sebelum kita,” ujarnya.

Dr Harfiandri menekankan perlunya pemantauan berkelanjutan terhadap ekosistem sungai, pantai, dan pulau-pulau kecil, serta pentingnya penegakan tata ruang wilayah darat maupun laut. (Editor: Febrianti/Uggla.id)

(Liputan ini dikerjakan mahasiswa Ardian, M Lakti Insyamegia Yoraqa, M Fariz Prayudi, dan Nayla Cllarisa Olivia Firdausuntuk tugas Mata Kuliah Jurnalisme Lingkungan, kolaborasi Pulitzer Center dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Padang).

Baca Juga

banjir bandang padang
Banjir Bandang di Kota Padang: Daratan Sengsara, Laut Turut Menderita
metawai panah
Menyaksikan Pemburu Mentawai Meramu Racun Panah
sikerei siberut
Arat Sabulungan dan Gempuran Agama dalam Kenangan Sikerei
babi siberut
Babi-Babi yang Dimantra di Hutan Siberut
siberut
Keistimewaan Kuali Nomor 30 di Siberut
sampan bojakan
Tradisi Membuat Sampan di Bojakan, Siberut