Youth Climate Action Day di Mentawai: Aksi Anak Muda Padukan Agama dan Lingkungan

Siberut

Peserta ‘Youth Climate Action Day’ (Hari Aksi Iklim Pemuda) di depan Gereja GKPM Saibi Samukop, Siberut Tengah, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: Dok Panpel)

MENTAWAI – Kami melakukan kegiatan ‘Youth Climate Action Day’ (Hari Aksi Iklim Pemuda) di Saibi Samukop, Siberut Tengah di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada 16-17 Oktober 2024.

Kegiatan ini digelar United Evangelical Mission (UEM) melalui Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM) Mandiri Padang yang berkolaborasi dengan Pelita Sumatera Barat, Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM), Sobat KBB Indonesia, Walhi Sumbar, dan Mentawaikita.com.

Youth Climate Action Day merupakan gerakan global generasi muda yang peduli terhadap perubahan iklim dan ketidakadilan global. Sejak 2012 kaum muda di beberapa negara di dunia telah mengambil tindakan nyata untuk iklim dan keadilan iklim menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB untuk menunjukkan apa yang penting bagi mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kelompok di berbagai negara telah mengambil bagian dalam Youth Climate Action. Mereka menanam pohon, melukis poster, mengikuti lokakarya online internasional, mengorganisir kampanye pengumpulan sampah, membangun rumah serangga, dan secara kreatif berkampanye untuk perlindungan iklim.

Lampiran Gambar
Sebagian peserta mengumpulkan sampah di Pantai Saibi Siberut Tengah, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: Dok Panpel)

Kegiatan dikelola Ketua Pelaksana Ardi Sakulok, Sekretaris Angelique Maria Cuaca, Bendara Silmi Novita Nurman, dan Koordinator Acara Anjali Sabna. Pada hari pertama kegiatan diadakan di Aula Kantor Desa Saibi Samukop melibatkan 27 orang, 25 orang adalah siswa SMA Negeri 1 Siberut Tengah. Dua lagi adalah guru SMAN 1 Siberut Tengah dan ketua Gerakan Pemuda GKPM Saibi Samukop.

Siswa SMA Negeri 1 Siberut Tengah yang hadir sebagai peserta mewakili tiga agama, yaitu Kristen Protestan, Katolik, dan Islam.

Kegiatan Youth Climate Action Day dimulai pagi. Acara dibuka Ketua Panpel Ardi Sakulok yang menyampaikan sambutan mengungkapkan pentingnya kegiatan dalam meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim, serta perlunya kontribusi pemuda dalam menjaga kelestarian alam.

Lalu kegiatan dilanjutkan tim fasilitator dengan sesi harapan dan kekhawatiran anak-anak muda. Peserta berbagi pandangan mengenai perubahan iklim dan masalah lingkungan. Mereka menunjukkan semangat dan antusiasme tinggi untuk mengikuti kegiatan.

Para peserta berharap dapat belajar lebih banyak mengenai perubahan iklim, dan memperoleh pengetahuan tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan. Beberapa peserta juga mengungkapkan harapan mereka untuk bisa berperan aktif dalam aksi-aksi pelestarian lingkungan.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi pertama dengan tema “Kondisi Alam Mentawai dan Persoalannya”. Diskusi yang dimoderatori Silmi Novita Nurman dari Pelita Padang menghadirkan dua pembicara utama, yaitu Pulek Lukat dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai dan Ardi Sakulok (Pemuda GKPM).

Pulek Lukat atau Mang Pulek menjelaskan tentang kondisi lingkungan alam Mentawai yang semakin terancam akibat eksploitasi alam, seperti penebangan hutan secara ilegal, serta dampak buruk lainnya seperti erosi dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Lampiran Gambar
Peserta ‘Youth Climate Action Day’ (Hari Aksi Iklim Pemuda) di Aula serba guna Gereja Katolik Santo Damian Saibi Samukop, Siberut Tengah, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: Dok Panpel)

Ia juga mengingatkan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga alam agar generasi mendatang dapat merasakannya.

Ardi Sakulok berbicara tentang peran pemuda dalam gerakan pelestarian lingkungan dan tantangan yang dihadapi pemuda Mentawai dalam menjaga kelestarian alam mereka.

Acara dilanjutkan dengan diskusi kedua membahas tema "Keterpihakan Agama Terhadap Alam dan Lingkungan" dengan menghadirkan tokoh agama, Pdt. Siti Dawati Sabelau (GKPM Mandiri Saibi Samukop) dan Pastor Yosafat Koleq Liarian (Gereja Katolik Damian Saibi Muara).

Pdt. Siti Dawati Sabelau menjelaskan bagaimana agama Kristen mengajarkan pentingnya menjaga alam sebagai ciptaan Tuhan, serta bagaimana jemaat diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan melalui berbagai program gereja.

Sedangkan Pastor Yosafat Koleq Liarian berbicara tentang ajaran Katolik mengenai tanggung jawab umat manusia terhadap alam, serta bagaimana gereja mengajak umat untuk bertindak lebih bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam, termasuk di Mentawai.

Dalam diskusi ini kedua tokoh agama menjelaskan bagaimana ajaran agama mereka mendukung pelestarian alam dan bagaimana peran agama dalam mendidik masyarakat, khususnya anak muda, untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan.

Kegiatan hari kedua dimulai pukul 09.00 WIB dengan berkumpul di GKPM Mandiri Saibi Samukop. Sesi pagi diawali dengan diskusi lintas iman bersama Pendeta Siti Dawati. Anak-anak muda dari berbagai latar belakang agama (Katolik dan Islam) berkumpul untuk berdialog.

Dalam diskusi ini, peserta, terutama yang beragama Katolik dan Islam, diberi kesempatan untuk bertanya mengenai ajaran Kristen yang mereka ketahui dan mendengar penjelasan Ibu Pendeta tentang nilai-nilai agama Kristen. Setelah diskusi selesai, seluruh peserta berfoto bersama sebagai kenang-kenangan, menandakan kebersamaan mereka dalam memperingati hari iklim dan dialog antar agama.

Lampiran Gambar
Dua peserta ‘Youth Climate Action Day’ menanam pohon di Desa Saibi Samukop, Siberut Tengah, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: Dok Panpel)

Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Aula Serbaguna, tempat dilakukannya diskusi dengan Pastor Yosafat. Di sini peserta kembali melakukan diskusi mengenai ajaran Katolik dengan fokus pada bagaimana gereja mengajarkan tentang penghormatan terhadap alam dan sesama.

Pastor menjelaskan bahwa dalam ajaran Katolik manusia memiliki kewajiban untuk merawat dan menjaga ciptaan Tuhan, termasuk alam semesta.

Diskusi berlangsung dalam suasana yang sangat terbuka, di mana peserta bisa bertanya langsung tentang ajaran agama Katolik terkait pelestarian lingkungan. Setelah berdiskusi, sesi foto bersama kembali dilakukan. Kemudian Pastor mengajak peserta berkunjung ke Goa Maria, sebuah tempat ibadah yang terletak di area Aula Serba Guna.

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Masjid Muh Zuhdi, di mana peserta diberi kesempatan untuk berdialog lintas iman dengan ustad. Dalam dialog ini, Ustad menjelaskan ajaran Islam tentang pentingnya menjaga lingkungan yang merupakan bagian dari ibadah dan tanggung jawab umat Islam terhadap bumi.

Peserta yang beragama Katolik dan Kristen sangat antusias mendengarkan penjelasan tersebut dan bertanya mengenai agama Islam. Setelah sesi dialog dengan Ustad selesai, kegiatan dilanjutkan dengan istirahat untuk salat dan makan

Setelah istirahat, peserta melanjutkan kegiatan dengan aksi bersih-bersih pantai. Kegiatan ini merupakan bagian dari program aksi nyata dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Aksi ini juga dimaksudkan untuk memberikan contoh konkret kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai sebagai bagian dari ekosistem yang mendukung kehidupan.

Setelah aksi bersih pantai, kegiatan dilanjutkan dengan deklarasi "Anak Muda Saibi Menjaga Lingkungan”. Seluruh peserta membacakan teks deklarasi dan menandatangani deklarasi komitmen untuk menjaga lingkungan hidup dan ikut serta dalam berbagai kegiatan yang mendukung keberlanjutan alam.

Setiap peserta menandatangani deklarasi tersebut sebagai bentuk komitmen terhadap aksi nyata dalam pelestarian lingkungan.

Aksi kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon di perkarangan rumah ibadah sebagai simbol dari komitmen tersebut. Kegiatan penanaman dimulai di masjid dan dilanjutkan di GKPM Mandiri Saibi Samukop.

Kegiatan hari kedua diakhiri dengan penutupan di perkarangan rumah ketua panitia. Dengan demikian, kegiatan YCAD di Desa Saibi Samukop berakhir. Semoga ada langkah-langkah konkret yang dilakukan anak-anak muda ini dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk turut serta dalam menjaga kelestarian alam. (Kiriman: Ardi Sakulok, Siberut)

Baca Juga

Mentawai
Komunitas ‘Sinuruk Mattaoi’, Cara Anak Muda Mengangkat Budaya dan Produk Mentawai
Sekolah Adat
Siswa dari 5 Sekolah Adat di Siberut Tampilkan Seni Budaya Mentawai
primata
Pemuda Adat Mentawai Berusaha Selamatkan 6 Primata Endemik
Mentawai
Pesta Besar di Desa Budaya Mentawai
Pesta Adat
Pesta Besar Liat Eeruk Akan Kembali Digelar di Matotonan, Mentawai
Unand
Unand sebar mahasiswa lakukan pendidikan konservasi primata di Mentawai