Jambi, Uggla.id –Sejumlah daerah di Provinsi Jambi, di antaranya Tebo Merangin, Bungo, Kabupaten Kerinci, dan Kota Sungai Penuh dilanda banjir pada pengujung Desember 2023 dan awal Januari 2024.
Banjir mangakibatkan mobilitas warga terhambat dan bahkan ada warga yang terkurung di suatu daerah, karena akses jalan dan jembatan terputus. Selain mengganggu mobilitas penduduk, banjir juga menggenangi 9.434 ha wilayah di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir di Kabupaten Kerinci yang dipicu intensitas hujan yang tinggi berdampak kepada 13.626 warga dan menyebabkan dua warga meninggal dunia terseret banjir. Banjir juga menyebabkan 26 unit rumah rusak berat, 49 rusak sedang, dan 27 rusak ringan.
Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi dalam siaran persnya menyebutkan banjir tidak hanya menyebabkan ada penduduk yang kehilangan anggota keluarga, tetapi juga menyebabkan petani gagal panen dan panen yang ada tidak bersikulasi, harga pangan naik, dan berdampak kepada kerugian ekonomi lainnya.
Direktur KKI Warsi Adi Junedi mengatakan bencana tidak diketahui kapan datangnya, tetapi alam memberikan tanda-tandanya.
“Bencana tegak lurus dengan perusakan lingkungan yang terjadi, jika ditarik benang merah, kehadiran bencana di Jambi ini tidak lepas dari hilangnya tutupan hutan Jambi. Hutan yang menjadi resapan air terus mengalami degradasi,” katanya melalui siaran pers yang diterima Uggla.id, Kamis (11/1/2024).
Adi mengatakan sepanjang 2023 areal hutan yang terbuka di Provinsi Jambi terpantau seluas 160.105 hektare di berbagai fungsi kawasan. Terluas berada di Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 51.904 ha. Kemudian areal restorasi 41.116 ha, Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 16.255 ha, kawasan Taman Nasional seluas 13.097 ha, dan Hutan Lindung seluas 1.725 ha.
Analisis luas hutan yang “dibabat” tersebut dilakukan KKI Warsi melalui Citra Satelit Sentinel 2 dipadu dengan pengamatan dari Google Earth, Citra Spot 6, dan SAS Planet.
“Tutupan hutan yang menipis, pengerukan sumber daya alam yang tidak taat aturan, dipadukan dengan perubahan iklim yang mendatangkan hujan besar menjadikan terjangan banjir dan longsor di sejumlah wilayah,” kata Adi. (Syof/Uggla.id)