Tutupan Hutan Sumatera Barat Bertambah 3.884 ha dari Perhutanan Sosial

Perhutanan Sosial

Penasihat Senior KKI Warsi Rudi Syaf saat jumpa pers di Padang, Rabu (24/1/2024). (Foto: Febrianti/Uggla.id)

Uggla.id—Luas tutupan hutan Sumatera Barat bertambah 3.884 hektare pada 2023 di kawasan perhutanan sosial yang dikelola masyarakat. Luasan tutupan hutan Sumatera Barat menjadi 1.741.848 ha pada 2023, mengalami pertumbuhan dari 1.737.964 ha pada 2022.

Demikian disampaikan Penasihat Senior KKI Warsi Rudi Syaf dalam jumpa pers di Padang, Rabu (24/1/2024) dalam jumpa pers di Padang, Rabu (24/1/2024).

“Ini berita baik, ada penambahan tutupan hutan di perhutanan sosial, ini kami hitung tutupan hutan pada program perhutanan sosial yang didampingi Warsi di Sumatera Barat,” katanya.

KKI Warsi mendampingi 35 kelompok perhutanan sosial di Sumatera Barat dengan luas wilayah 83.639 hektare. Penambahan tutupan hutan itu terjadi ada yang secara alami di hutan yang tidak diganggu dan ada yang ditanam dengan tanaman kehutanan.

“Selama ini dengan masyarakat dampingan kami membuat komitmen hutan yang sudah ada di perhutanan sosial tidak diganggu, yang dikelola hanya maksimal 30 persen di lahan perhutanan sosial yang bisa dikelola, kebanyakan ditanam dengan kopi,” kata Rudi.

Ia mencontohkan seperti yang dilakukan masyarakat di Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok. Dengan akses legal yang diterima masyarakat Nagari Sirukam, mereka melakukan serangkaian program untuk memulihkan hutan. Salah satunya dengan menanam tanam kayu-kayuan sebanyak 12.100 bibit pada tahun 2017, 2020, dan 2021.

“Di Nagari Sirukam lahan-lahan kritis yang berada di Hutan Nagari karena kegiatan penebangan liar, kini dipulihkan kembali oleh masyarakat melalui penanaman tanaman produktif dan kayu-kayuan,” ujarnya.

Tidak hanya melalui reboisasi, pengamanan hutan juga dilakukan melalui kegiatan patroli hutan minimal sekali sebulan. Kemudian pelaporan hasil kegiatan patroli dilakukan sekali dalam tiga bulan kepada KPHL Solok.

Perhutanan sosial di Sirukam turut mendukung perekonomian masyarakat lokal. Seperti halnya di Nagari Sirukam masyarakat mengembangkan komoditas berbasis tanaman kehutanan. Sejak mendapatkan persetujuan Hutan Nagari pada 2014 telah dibentuk unit-unit usaha bernilai ekonomi berdasarkan potensi lokal yang dimiliki nagari.

“KUPS Kopi Aie Langgang meluncurkan ‘brand’ Kopi Payung dengan kualitas  ‘fine robusta dan berhasil meraih keuntungan Rp3 juta sampai Rp4 juta per bulan dari usaha kopi yang dijalankan kelompok,” katanya.

Selain mengembangkan komoditas yang bernilai ekonomi, di Nagari Sirukam juga dilakukan pengembangan jasa lingkungan melalui program pohon asuh dengan total 301 pohon yang telah diasuh. Selain itu, ekowisata di sekitar kawasan Hutan Nagari dikelola sejak 2022 dengan menyediakan lokasi kemping dan ‘tracking’ menuju pohon asuh.

Kemudian di Nagari Sirukam juga ada pengelolaan limbah organik sejak 2022 yang telah melalui uji lab pupuk kompos di BPTP Sumatera Barat dengan hasil uji kompos memiliki nilai unsur yang bagus dan layak jual.

“Tentu tidak hanya di Sirukam, kita perlu mendorong inisiatif serupa di banyak nagari lain di Sumbar. Karena tata guna lahan yang baik selain memberikan manfaat kepada masyarakat juga mencegah dari ancaman bencana ekologis,” katanya. (Febrianti/Uggla.id)

Baca Juga

Harau
Irigasi Rusak Parah, 30 ha Sawah di Harau Terancam Gagal Tanam
petani kopi
KUPS Kopi Marola Mutiara Suliti Adakan Pelatihan Budi Daya Kopi
Banjir
Perambahan Hutan TNKS Menjadi Ladang Sayur Menjadi Penyebab Banjir Besar di Kerinci
KKI Warsi
KKI Warsi: Lahan Terbuka Cukup Luas Turut Jadi Penyebab Banjir di Sumbar
Kerusakan Hutan TNKS
KKI Warsi: Sejumlah Daerah di Jambi Terendam Banjir Dampak Degradasi Hutan
Unand
Unand sebar mahasiswa lakukan pendidikan konservasi primata di Mentawai